SMA KELAS 10 : PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP ANTI SOSIAL

Pengertian Perilaku Menyimpang

Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat.

Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli

  1. James W. Van Der Zanden

Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

  • Robert M. Z. Lawang

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

  • Lemert

Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk:

  1. Penyimpangan Primer (Primary Deviation)

Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya adalah Menunggak iuran listrik dan telepon, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan ngebut di jalanan.

  • Penyimpangan Sekunder (secondary deviation)

Penyimpangan yang berupa perbuatan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai perilaku menyimpang. Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya. Penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh masyarakat. Contohnya adalah   Pemabuk,    pengguna    obat-obatan    terlarang,    pemerkosa,    pelacuran, pembunuh, perampok dan penjudi.

FAKTOR PERILAKU MENYIMPANG

  1. Longgar / Tidaknya Nilai dan Norma

Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial masyarakat yang lain. Misalnya: kumpul kebo di Indonesia dianggap penyimpangan, di masyarakat barat merupakan hal yang biasa dan wajar.

  • Sosialisasi yang Tidak Sempurna

Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di masyarakat seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman, menjadi teladan namun kadangkala terjadi pemimpin justru memberi contoh yang salah, seperti melakukan KKN. Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka terjadilah tindak perilaku menyimpang.

  • Sosialisasi Sub Kebudayaan yang Menyimpang

Perilaku menyimpang terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan/ pada umumnya. Contohnya adalah Masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh, masalah etika dan estetika kurang diperhatikan, karena umumnya mereka sibuk dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (makan), sering cekcok, mengeluarkan kata-kata kotor, buang sampah sembarangan dan sebagainya. Hal itu oleh masyarakat umum dianggap perilaku menyimpang.

JENIS – JENIS PERILAKU MENYIMPANG

  1. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)

Penyimpangan individual merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang yang berupa pelanggaran terhadap norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Penyimpangan ini disebabkan oleh kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku yang jahat/tindak kriminalitas. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannyadapat dibagi menjadi beberapa hal, antara lain:

  1. Tidak patuh nasihat orang tua agar mengubah pendirian yang kurang baik, penyimpangannya disebut
  2. Tidak taat kepada peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungannya, penyimpangannya disebut
  3. Melanggar norma-norma umum yang berlaku, penyimpangannya disebut pelanggar.
  4. Mengabaikan norma-norma umum, menimbulkan rasa tidak aman/tertib, kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya, penyimpangannya disebut perusuh atau penjahat.
  5. Penyimpangan Kolektif (Group Deviation)

Penyimpangan kolektif yaitu penyimpangan yang dilakukan secara bersama- sama atau secara berkelompok. Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi secara bersama-sama (kolektif). Mereka patuh pada norma kelompoknya yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan yang dilakukan kelompok, umumnya sebagai akibat pengaruh pergaulan/teman. Kesatuan dan persatuan dalam kelompok dapat memaksa seseorang ikut dalam kejahatan kelompok, supaya jangan disingkirkan dari kelompoknya.

PENYIMPANGAN YANG DILAKUKAN SECARA KELOMPOK / KOLEKTIF ANTARA LAIN:

  1. Kenakalan Remaja

Remaja memiliki keinginan membuktikan keberanian dalam melakukan hal-hal yang dianggap bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan menyerempet bahaya, misalnya kebut-kebutan dan membentuk geng-geng yang membuat onar.

  • Tawuran / Perkelahian Pelajar

Perkelahian antar pelajar termasuk jenis kenakalan remaja yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat kompleknya kehidupan di kota besar. Demikian juga tawuran yang terjadi antar kelompok/etnis/warga yang akhir-akhir ini sering muncul. Tujuan perkelahian bukan untuk mencapai nilai yang positif, melainkan sekedar untuk balas dendam atau pamer kekuatan/unjuk kemampuan.

  • Penyimpangan Kebudayaan

Ketidakmampuan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadian masing-masing individu dalam kelompok maka dapat terjadi pelanggaran terhadap norma-norma budayanya. Contoh: tradisi yang mewajibkan mas kawin yang tinggi dalam masyarakat tradisional banyak ditentang karena tidak lagi sesuai dengan tuntutan zaman.

DAMPAK PERILAKU MENYIMPANG

  1. Terhadap Diri Sendiri / Individu

Seseorang yang melakukan tindak penyimpangan oleh masyarakat akan dicap sebagai penyimpang (devian). Sebagai tolok ukur menyimpang atau tidaknya suatu perilaku ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Setiap tindakan yang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat akan dianggap sebagai penyimpangan dan harus ditolak. Akibat tidak diterimanya/ditolak perilaku individu yang bertentangan dengan nilai dan norma masyarakat, maka berdampaklah bagi si individu tersebut.

  • Terhadap Masyarakat / Kelompok

Seorang pelaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan teman. Lama- kelamaan berkumpulah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara kepada penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap kelompok/masyarakat.

USAHA MENGANTISIPASI DAN MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG

  1. Upaya – Upaya Mengantisipasi Perilaku Menyimpang

Antisipasi adalah usaha sadar yang berupa sikap, perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang melaui langkah-langkah tertentu untuk menghadapi peristiwa yang kemungkinan terjadi. Jadi sebelum tindak penyimpangan terjadi atau akan terjadi seseorang telah siap dengan berbagai perisai untuk menghadapinya. Upaya mengantisipasi tersebut melalui:

  1. Penanaman nilai dan norma yang kuat

Penanaman nilai dan norma pada seseorang individu melalui proses sosialisasi. Adapun tujuan proses sosialisasi antara lain sebagai berikut:

  1. Pembentukan konsep diri
  2. Pengembangan keterampilan
  3. Pengendalian diri
  4. Pelatihan komunikasi

Melihat tujuan sosialisasi tersebut jelas ada penanaman nilai dan norma. Apabila tujuan sosialisasi tersebut terpenuhi pada seseorang individu dengan ideal, niscaya tindak penyimpangan tidak akan dilakukan oleh si individu tersebut.

  • Pelaksanaan Peraturan yang Indonesia

Segala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada hakekatnya adalah usaha mencegah adanya tindak penyimpangan, sekaligus juga sebagai sarana/alat penindak laku penyimpangan. Namun apabila peraturan-peraturan yang dikeluarkan tidak konsisten justru akan dapat menimbulkan tindak penyimpangan.

  • Berkepribadian Kuat dan Teguh

Menurut Theodore M. Newcomb kepribadian adalah kebiasaan, sikap-sikap dan lain-lain, sifat yang khas yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Seseorang disebut berkepribadian, apabila seseorang tersebut siap memberi jawaban dan tanggapan (positif) atas suatu keadaan. Apabila seseorang berkepribadian teguh ia akan mempunyai sikap yang melatarbelakangi semua tindakannya. Dengan demikian ia akan mempunyai pola pikir, pola perilaku, pola interaksi yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya.

UPAYA – UPAYA MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG

  1. Sanksi Tegas

Sanksi adalah persetujuan atau penolakan terhadap perilaku tertentu. Persetujuan adalah sanksi positif, sedangkan penolakan adalah sanksi negatif yang mencakup pemulihan keadaan, pemenuhan keadaan dan hukuman. Sanksi diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan dan dipatuhinya norma-norma. Pada pelaku penyimpangan sudah selayaknya mendapatkan sanksi yang tegas berupa hukuman yang tegas sesuai dengan undang-undang yang berlaku demi pemulihan keadaan masyarakat untuk tertib dan teratur kembali.

  • Penyuluhan – Penyuluhan

Melalui jalur penyuluhan, penataran ataupun diskusi-diskusi dapat disampaikan kepada masyarakat penyadaran kembali pelaksanaan nilai, norma dan peraturan yang berlaku. Kepada pelaku penyimpangan sosial kesadaran kembali untuk berlaku sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang berlaku yang telah dilanggarnya, harus melalui penyuluhan secara terus menerus dan berkesinambungan. Terlebih-lebih pada pelaku tindak kejahatan/ kriminal. Peran lembaga-lembaga agama, kepolisian, pengadilan, Lembaga Permasyarakatan (LP) sangat diharapkan untuk mengadakan penyuluhan- penyuluhan tersebut.

  • Rehabilitasi Sosial

Untuk mengembalikan peranan dan status pelaku penyimpangan ke dalam masyarakat kembali seperti keadaan sebelum penyimpangan terjadi, itulah yang dimaksud dengan Rehabilitasi. Panti-panti rehabilitasi sosial sangat dibutuhkan untuk pelaku penyimpangan tertentu, misalnya Panti Rehabilitasi Anak Nakal, Pecandu Narkoba, dan Wanita Tuna Susila.

ANTI SOSIAL

Anti Sosial menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat. Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial adalah suatu sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum. Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum disekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat luas karena si pelaku pada dasarnya tidak menyukai keteraturan sosial seperti yang diharapkan oleh sebagian besar anggota masyarakat. Pengertian dari perilaku Anti-Sosial menurut pandangan psikologi adalah perilaku yang kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan kerusakan pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat bagi masyarakat.

Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena `penyimpangan’ ini dikategorikan sebagai `penyimpangan’ ringan dari tatanan sosial yang umum diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah. Oleh karena perilaku antisosial identik dengan anak-anak usia sekolah, lembaga-lembaga pendidikan memiliki peran yang tidak kecil untuk memberikan sumbangan agar perilaku ini tidak membesar sehingga merongrong bangunan sosial yang telah ada.

Ciri – ciri Individu yang Memiliki Kepribadian Anti-Sosial

Ciri individu yang memiliki kepribadian anti-sosial dapat dilihat dari berbagai perilaku yang muncul yang mengindikasikan adanya kepribadian anti-sosial, adapun bentuk perilaku anti-sosial pada anak – anak antara lain:

  1. Perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu
  2. Tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, dan biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain, dan dilakukan pada anak yang lebih kecil.
  3. Perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan yang umumnya dimulai apabila seseorang mengadakan penyerangan yang tidak beralasan
  4. Mengejek dan menggertak. Mengadakan serangan baik yang bersifat lisan (mengejek) maupun fisik (menggertak)
  5. Perilaku yang sok kuasa. Kecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi “majikan”
  6. Cenderung berfikir dan berbicara tentang diri mereka sendiri
  7. Biasanya dengan membedakan orang – orang yang ia kenal
  8. Antagonisme jenis kelamin. Biasanya dengan jalan menghindari bergaul dengan anak perempuan dan tidak melakukan aktivitas yang dianggap sebagai aktivitas anak perempuan
  9. Antagonistic terhadap setiap orang. Perasaannya mudah tersinggung dengan pandangan mencemooh
  10. Merasa bosan dengan aktivitas sosial, misalnya enggan mengikuti pertemuan keluarga dan mengikuti perayaan besar
  11. Sebagian besar waktunya digunakan untuk menyendiri
  12. Dengan sengaja menolak berkomunikasi dengan orang lain. Apabila ditanya, biasanya mereka menutup pertanyaan dengan jawaban “enggak ingat” dan atau “enggak tahu”
  13. Mengadakan pelanggaran – pelanggaran terhadap aturan atau norma sosial yang berlaku

Sebab-akibat dari perilaku Anti-sosial

Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan tingkat tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian, perpisahan atau tidak adanya orangtua. Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua cenderung untuk memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi, memeriksa keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain bermasalah.  Pengawasan yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials tumbuh dalam keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian secara proporsional. Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan agresi untuk memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan empati dan kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.

Cara membuat seseorang tidak menjadi Anti-sosial

  1. Mengadakan penyuluhan sosial di sekolah,perkantoran dan lain-lain
  2. Para pelaku terapi sudah mengarahkan pendirita kepada isu moral dalam pengobatan, dengan komunikasi yang sangat terapoitik, namun ternyata hasil yang terlihat belum maksimal
  3. Sekolah diharapkan menjadi tempat mempelajari, menjiwai, dan mempraktikkan segala hal baik yang menguntungkan dan menghindari tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat.
  4. Mengenalkan dunia kepada anak-anak
  5. Mengajaknya bermain dan melatih komunikasi yang baik

Bentuk – Bentuk Perilaku Anti Sosial

  1. Sikap Antisosial yang Muncul Karena Deviasa Indiviual

Deviasi individual bersumber pada faktor-faktor yang terdapat pada diri seseorang, misalnya pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami oleh seseorang, atau karena pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap individu.

Adapun bentuk – bentuk sikap antisosial tersebut antara lain sebagai berikut:

  1. Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada nasihat-nasihat orang yang ada di sekelilingnya agar mau merubah pendiriannya.
  2. Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau tunduk kepada peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungan tersebut.
  3. Pelanggar, yaitu orang yang melanggar norma-norma umum atau masyarakat yang berlaku.
  4. Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan norma-norma umum atau masyarakat, berbuat sekehendak hati yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian harta atau jiwa di lingkungannya ataupun di luar lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.

Sikap Antisosial yang Muncul Karena Deviasi Situasional

Deviasi situasional merupakan fungsi pengaruh kekuatankekuatan situasi di luar individu atau dalam situasi di mana individu merupakan bagian yang integral di dalamnya. Situasi sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang di mana tekanan, pembatasan, dan rangsangan-rangsangan yang datang dari orang atau kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamik daripada faktor-faktor internal yang menimbulkan respon terhadap hal-hal tersebut. Deviasi situasional akan selalu kembali apabila situasinya berulang. Dalam hal itu deviasi dapat menjadi kumulatif.

Bentuk Sikap Antisosial yang Muncul Adalah Sebagai Berikut:

  1. Degradasi moral atau demoralisasi karena kata-kata keras dan radikal yang keluar dari mulut pekerja-pekerja yang tidak mempunyai pekerjaan di tempat kerjanya.
  2. Tingkah laku kasar pada golongan remaja.
  3. Tekanan batin yang dialami oleh perempuan-perempuan yang mengalami masa menopause.
  4. Deviasi seksual yang terjadi karena seseorang menunda perkawinan.
  5. Homoseksualitas yang terjadi pada narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Sikap Antisosial yang Muncul Karena Deviasi Biologis

Deviasi biologis merupakan faktor pembatas yang tidak memungkinkan memberikan persepsi atau menimbulkan respon-respon tertentu. Gangguan terjadi apabila individu tidak dapat melakukan peranan sosial tertentu yang sangat perlu. Pembatasan karena gangguan-gangguan itu bersifat transkultural (menyeluruh di seluruh dunia).

Beberapa bentuk deferensiasi biologis yang dapat menimbulkan deviasi biologis adalah sebagai berikut:

  1. Ciri-ciri ras, seperti tinggi badan, roman muka, bentuk badan, dan lain-lain.
  2. Ciri-ciri biologis yang aneh, cacat karena luka, cacat karena kelahiran, anak kembar, dan lain sebagainya.
  3. Ciri-ciri karena gangguan fisik, seperti kehilangan anggota tubuh, gangguan sensorik, dan lain sebagainya.
  4. Disfungsi tubuh yang tidak dapat dikontrol lagi, seperti epilepsi, tremor, dan sebagainya.

Sikap Antisosial yang Bersifat Sosiokultural

Beberapa bentuk sikap antisosial yang bersifat sosiokultural, yaitu primordialisme, etnosentrisme, sekulerisme, hedonisme, fanatisme, dan diskriminasi.

Primordialisme, yaitu suatu sikap atau pandangan yang menunjukkan sikap berpegang teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu seperti suku bangsa, ras, agama ataupun asal-usul kedaerahan oleh seseorang dalam kelompoknya, kemudian meluas dan berkembang. Primordialisme ini muncul karena hal – hal berikut.

  1. Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan sosial.
  2. Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar.
  3. Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai-nilai keagamaan, pandangan hidup, dan sebagainya.

Etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa, yaitu suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya.

Sekularisme, yaitu suatu sikap yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat nonagamis, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, sehingga kebutuhan agamis seakanakan dikesampingkan. Mereka yang memiliki sikap seperti ini cenderung lebih mempercayai kebenaran yang sifatnya duniawi.

Hedonisme, yaitu suatu sikap manusia yang mendasarkan diri pada pola kehidupan yang serba mewah, glamour, dan menempatkan kesenangan materiil di atas segalagalanya. Tindakan yang baik menurut hedonisme adalah tindakan yang menghasilkan kenikmatan. Orang yang memiliki sifat seperti ini biasanya kurang peduli dengan keadaan sekitarnya, sebab yang diburu adalah kesenangan pribadi.

Fanatisme, yaitu suatu sikap yang mencintai atau menyukai suatu hal secara berlebihan. Mereka tidak mempedulikan apapun yang dipandang lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut. Fanatisme yang berlebihan sangat berbahaya karena dapat berujung pada perpecahan atau konflik. Misalnya fanatisme terhadap suatu ideologi atau artis idola tertentu atau lainnya.

Diskriminasi, yaitu suatu sikap yang merupakan usaha untuk membedakan secara sengaja terhadap golongangolongan yang berkaitan dengan kepentingankepentingan tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu diperlakukan berbeda dengan golongangolongan lain.

Pembedaan itu dapat didasarkan pada suku bangsa, agama, mayoritas, atau bahkan minoritas dalam masyarakat. Misalnya diskriminasi ras yang dulu pernah terjadi di Afrika Selatan yang dikenal dengan politik apartheid, di mana golongan orang-orang kulit putih menduduki lapisan sosial yang lebih tinggi daripada golongan orang-orang kulit hitam

CIRI KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL

  1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman.
  2. Emosi bersifat superficial, tidak alami.
  3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.
  4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.
  5. Impulsiveness

Yuk uji kemampuanmu hanya di Event dan Olimpiade Nasional dari www.beelajar.com Dapatkan berbagai PROMO, Voucher, dan Beasiswa menarik loh.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *