Keberhasilan Jepang saat menguasai beberapa wilayah yang ada di Indonesia, adalah sebuah akibat dari propaganda-propaganda yang dilakukan Jepang kepada bangsa Indonesia, dengan tujuan untuk menarik simpati hingga rakyat tidak melakukan sebuah perlawanan.
Banyak masyarakat yang menderita pada saat wilayahnya dikuasai oleh Jepang. Hal tersebut dikarenakan, mereka dipaksa untuk membuat parit, jalan, lapangan terbang, serta juga dipaksa Jepang untuk menjadi romusha. Romusha merupakan sebuah sebutan untuk orang-orang yang dipekerjakan sebagai buruh dengan paksa oleh Jepang saat menduduki Indonesia.
Namun apakah Indonesia hanya diam? Pastinya saja tidak. Bangsa kita setelah itu mencoba untuk membuat berbagai strategi guna melakukan perlawanan pada Jepang. Masyarakat kita pada saat itu tidak dijadikan sebagai Romusha. Dan mulailah bangsa kita dengan strateginya lewat beberapa organisasi yang dibentuk oleh Jepang, serta melalui gerakan-gerakan bawah tanah. Bentuk perlawanan dari rakyat Indonesia yang berbeda dilakukan oleh bangsa kita, namun tujuan serta cita-cita perjuangan mereka tetaplah sama, yaitu untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Beberapa wilayah yang dikuasai Jepang serta mendapatkan sebuah perlawanan dari rakyat Indonesia diantaranya:
Perlawanan di Aceh
Aceh merupakan salah satu wilayah yang dikuasai Jepang. Masyarakat Aceh diperlakukan secara sewenang-wenang serta mengalami penderitaan yang cukup lama dikarenakan banyak rakyat Aceh yang dikerahkan untuk menjadi Romusha. Dan itu berakibat, pada 10 November 1942 terjadi sebuah penyerangan terhadap Jepang di Cot Plieng, penyerangan itu dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil seorang guru mengaji di Cot Plieng.
Hingga dua kali Jepang berusaha untuk menaklukan wilayah Cot Plieng, dan dua-duanya juga berhasil digagalkan oleh rakyat Aceh dengan berbagai serangannya, dan berhasil memukul mundur Jepang ke daerah Lhokseumawe. Setelah itu pada serangan yang ketiga, Jepang berhasil merebut Cot Plieng, serta Tengku Abdul Jalil yang harus gugur di tempat saat sedang melaksanakan ibadah.
Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Singaparna, Tasikmalaya, merupakan salah satu wilayah yang berhasil di duduki Jepang. Pada saat itu, rakyat Singaparna dipaksa untuk mengikuti upacara Seikerei. Upacara Seikerei adalah suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang dengan membungkuk kearah matahari terbit. Dengan cara yang seperti ini, masyarakat Singaparna merasa begitu dipermalukan serta dilecehkan.
Selain itu, mereka juga merasa menderita dikarenakan diperlakukan dengan sewenang-wenang dan kasar oleh Jepang. Akibatnya, pada bulan Februari 1944, rakyat Singaparna melakukan sebuah perlawanan kepada Jepang. Pasukan perlawanan yang dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Namun Jepang berhasil menangkap Kiai Zainal Mustofa pada tanggal 25 Februari 1944, setelah itu pada tanggal 25 Oktober 1944, Kiai Zainal harus menghentikan semua perjuangannya setelahnya beliau dihukum mati.
Perlawanan di Indramayu
Indramayu mendapat sebuah perlakuan yang sama oleh Jepang, masyarakat Indramayu dipaksa untuk menjadi romusha, bekerja di bawah tekanan serta diperlakukan dengan sewenang-wenang. Oleh sebab itu, masyarakat Indramayu juga melakukan sebuah perlawanan terhadap Jepang. Pemberontakan itu terjadi di Desa Kaplongan pada bulan April 1944. Kemudian beberapa bulan setelahnya, tepatnya tanggal 30 Juli 1944 terjadi pemberontakan pada daerah Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Perlawanan juga terjadi pada Blitar. Pada tanggal 14 Februari 1945 yang terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para tentara PETA (Pembela Tanah Air) yang dipimpin Supriyadi. Pemberontakan tersebut adalah sebuah pemberontakan terbesar yang ada pada masa pendudukan Jepang
Soal-soal
- Daerah mana saja yang memberontak Jepang?
- Apakah semua masyarakat di Indonesia bertekuk lutut pada Jepang?
- Perlawanan apa saja yang dilakukan masyarakat Indonesia?
- Perlawanan pada daerah mana yang paling besar diantara lainnya?
- Strategi penyerangan yang bagaimana untuk Indonesia melakukan perlawanan?
Baca juga SMA kelas 12 : Tentang Modernisasi